Artikel Populer

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Kamis, 19 Januari 2012

Kehidupan Sosial Semut dalam Alquran

Oleh: DR Abdul Basith Jamal & DR Daliya Shadiq Jamal

Di masa lalu, Para ilmuwan, meyakini bahwa kehidupan binatang yang termasuk kelompok serangga berjalan atas dasar insting belaka, dan bukan berdasarkan suatu sistem perilaku yang teratur dan tertib.

Namun setelah dicapainya kemajuan dan perkembangan pengetahuan tentang dunia serangga, yang didasarkan pada ilmu fisiologi yang membahas fungsi setiap anggota tubuh yang dimilikinya, juga ilmu genetika, para ilmuwan mendapatkan bahwa kehidupan serangga berjalan di atas dasar fungsi-fungsi tertentu—sesuai dengan sifat genetika yang mengatur perilakunya.

Salah satu jenis serangga yang menarik penelitian mereka adalah semut. Di mana jenis serangga ini memiliki sistem kehidupan yang tertib yang membatasi perilaku tiap-tiap anggota masyarakatnya. Untuk tempat tinggalnya, semut biasanya hidup secara berkelompok di suatu tempat tertentu. Di mana terkadang, sekelompok semut bisa memenuhi satu lembah yang luas sebagai tempat tinggal mereka.

Mereka hidup atas dasar kerjasama di antara sesama anggota kelompok. Ketika mereka dihadapkan pada rintangan yang berupa air, misalnya, maka semut-semut yang muda, khususnya yang jantan dan memiliki badan yang kuat akan membangun suatu jembatan dengan cara mengaitkan kaki mereka masing-masing, sehingga semut-semut yang lemah dan terluka serta yang sudah tua atau masih kecil, bisa melewati rintangan itu dengan selamat. Pembuatan jembatan ini adalah merupakan perintah dari seorang ratu semut yang memimpin kerajaan mereka.

Yang unik, di kerajaan semut pun terdapat ‘majelis syura’ yang anggota-anggotanya bertugas untuk memberikan masukan kepada ratu, dalam menetapkan setiap keputusan yang akan diambilnya, terlebih pada saat-saat genting.

Di kerajaan semut ini, yang menjadi pemimpin adalah semut betina dan bukan semut jantan. Karenanya mereka hanya memiliki ratu, dan tidak memiliki raja. Fenomena ini, merupakan hal yang biasa terjadi dalam kelompok serangga. Adapun sebabnya, dikarenakan bentuk tubuh sang ratu yang besar dan peranan penting yang dimainkannya. Di mana serangga jantan memiliki peranan yang kurang penting dibanding peranan serangga betina.

Para betina memiliki tugas antara lain; mendidik, menjaga dan mengawasi pertumbuhan anak-anaknya, menyiapkan dan menyimpan persedian makanan. Adapun jantannya, hanya bertugas untuk mempertahankan dan membela kehidupan mereka. Untuk itu, mereka akan mendapatkan imbalan dengan dipenuhinya semua kebutuhan pokok mereka tanpa harus berpayah-payah bekerja. Semua ini berjalan berdasarkan perintah dari ratu dan para pembantunya.

Tentunya, interaksi yang terjadi antara sesama semut membutuhkan suatu media komunikasi. Dan sesuai penelitian, terdapat bukti bahwa semut ini mempunyai ‘bahasa khusus’ yang mereka gunakan untuk saling berkomunikasi di antara sesama mereka, sehingga kehidupan mereka bisa berjalan secara teratur dan tertib.

Alquran, secara menakjubkan telah membuka tabir rahasia kehidupan semut ini, sejak empat belas abad yang lalu. Hal itu kita dapatkan dalam firman Allah SWT di surah An-Naml ayat 18: "Hingga apabila mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut: "Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya. Sedangkan mereka tidak menyadari."
Dalam ayat di atas, kita mendapatkan bahwa Alquran telah  membicarakan tentang sistematika yang mengatur kehidupan semut yang berjalan sesuai dengan sistem yang telah disepakati di antara mereka. Termasuk tentang struktur tempat tinggal mereka yang dibangun dengan teknik arsitektur yang teliti, disesuaikan dengan lingkungan di mana mereka tinggal. Hal ini tercermin dalam firman Allah SWT: "udkhuluu masaakinakum".

Demikianlah, semua apa yang dijelaskan di atas, merupakan bukti kebenaran bagi Alquran sebagai wahyu Ilahi.

0 comments: