Artikel Populer

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Senin, 01 Maret 2010

Jadwal Kegiatan Asrama Hidayatul Qur'an

  • Tingkat SMA


NO
HARI
WAKTU KEGIATAN
JENIS KEGIATAN
USTADZ
1.
Sabtu
Ba’da Maghrib
Tafsir Jalalain
Gus Awis
2.
Ahad
Ba’da Maghrib
Nahwu
Ust. Luthfi
3.
Senin
Ba’da Isya
Tafsir Analitik/Taqror

4.
Selasa
Ba’da Maghrib
At Tibyan
Gus Awis
5.
Rabu
Ba’da Maghrib
Daqoiqul Akhbar
Ust. Munif
6.
Kamis
Ba’da Isya’
Muhadloroh / Furqon

7.
Jum’ah
o   Ba’da Maghrib
o   Ba’da Isya’
Dibaan
Ta’lim Muta’allim

Ust. Syamsuri

  • Tingkat SMP

NO
HARI
WAKTU KEGIATAN
JENIS KEGIATAN
USTADZ
1.
Sabtu
MASIH DALAM TAHAP PENGERJAAN
2.
Ahad
MASIH DALAM TAHAP PENGERJAAN
3.
Senin
MASIH DALAM TAHAP PENGERJAAN
4.
Selasa
MASIH DALAM TAHAP PENGERJAAN
5.
Rabu
MASIH DALAM TAHAP PENGERJAAN
6.
Kamis
MASIH DALAM TAHAP PENGERJAAN
7.
Jum’ah
MASIH DALAM TARAF PENGERJAAN

Akhmad Badawi Kholil

Akhmad Badawi Cholil putra yang kedelapan dari KH. Cholil Al Juraemi, dimasa kecilnya bahkan sampai pada saat menginjak masa kepemudaan Akhmad Badawi selalu gemar / hobby berhalwat. Pada masa kepemudaannya pernah masuk TNI, bahkan salah seorang yang gigih melawan penjajah Belanda.

Almarhum, sewaktu masih menjadi anggota TNI pernah bertugas di Tuban, Surabaya dan Mojokerto. Perhatian Beliau di curahkan untuk kepentingan agama. Beliau pernah menjadi ketua G.P. Anshor Kabupaten Jombang sekitar tahun 1956 sampai tahun 1960, pernah menjadi anggota DPR-GR Kab. Jombang mulai 1964 s/d 1970 Beliau yang mendorong atas meningkatnya pendidikan Pondok Pesantren Darul ‘Ulum bahkan Mu’allimin Atas sampai pendirian Universitas Darul ‘Ulum (UNDAR). Beliau selalu memberikan dorongan serta pertolongan – pertolongan kepada KH. Musta’in Romly segera didirikan Universitas Darul ‘Ulum (UNDAR) tahun 1965.

Almarhum, tokoh muda yang berwibawa dan disegani oleh kawan dan lawan bahkan para penjahat dan pemuda yang berbuat keonaran di daerah Jombang selalu memandang Almarhum sebagai momok. Siapapun yang pernah mendampingi Almarhum semasa hidupnya selalu berkesan atas kepemimpinannya dan petunjuk – petunjuknya, Almarhum pemuda yang dikasihi oleh KH. Romly Tamim dipercaya untuk Keamanan / Ketertiban Pondok Pesantren Darul ‘Ulum, sampai – sampai dapat doa yang diterima dan diijazahkan kepada Almarhum baik dari KH. Romly Tamim maupun dari ayahnya KH. Cholil Al Juraemi. Almarhum semasa hidupnya belum pernah kawin selalu berhalawat menjalankan aurod – aurod bahkan menjelang wafatnya Almarhum berpuasa tidak berbicara sama orang bertaqorrub, Almarhum menjelang wafatnya pergi ke Cirebon sowan kepada seorang gurunya di buntet sampai di Cirebon pada tahun 1972 dan jenazahnya dibawa pulang ke Darul ‘Ulum.

KH. Hanan Ma'shum

KH. Hanan Ma'shum
\
Dilahirkan di Rejoso 7 Oktober 1940, adalah putra kedua KH. Ma’soem Cholil. Beliau tidak jauh beda dengan putra kyai – kyai Darul ‘Ulum yang lain. Awal pendidikan Beliau langsung diasuh oleh buyanya sendiri yakni KH. Ma’soem Cholil beserta kyai – kyai sepuh yang lain di Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Jombang layaknya santri.

Beliau juga dimasukkan asrama di Pondok Pesantren Darul ‘Ulum berkumpul bersama santri yang lain sehingga Beliau sejak kecil sudah merasakan sebagai santri. Setelah menyelesaikan Pendidikan Formal di Madrasah Mu’allimin Atas Darul ‘Ulum pada tahun 1965, Beliau melanjutkan kependidikannya keberbagai Pondok Pesantren di Lasem, Rembang dan Magelang di Jawa Tengah, Krapyak Yogyakarta, serta Pondok Ploso Kediri. Dari pengalaman mondok inilah kemudian KH. A. Hannan Ma’soem sebagai pengasuh Pondok Pesantren Darul ‘Ulum sangat tekun menyelenggarakan pengajian – pengajian kitab kuning seperti : Tafsir Jalalain, Hikam, Riyadhus Sholihin, Kifayatul Akhyar sampai akhir hayatnya.

Di Pondok Pesantren Darul ‘Ulum, seusai wafatnya KH. A. Badawi Cholil paman Beliau KH. A. Hannan Ma’soem memegang jabatan sebagai Sekretaris Umum mulai tahun 1971 s/d 1979 kemudian meningkat menjadi Koord. Pengajian dan Kepondokan sampai 2002. Sementara diluar Pondok Beliau juga aktif di Nahdlotul ‘Ulama Cabang Jombang sebagai pengurus Tanfidziyah kemudian menjadi suriah Nahdlotul ‘Ulama, dan menjadi Ketua RMI (Robithoh Al Mahidil Islamiyah) Cab. Jombang serta menjadi anggota DPR-GR semangsa aktif di NU Cab. Jombang.

Pada tahun 1969 KH. A. Hannan Ma’soem menikah dengan putri Mojokerto yang bernama Hj. Chotimah Afifah yang dikaruniai tiga putra yaitu : H. M. Shobih Hannan, S.Ag., Dra. Hj. Fairuza Rahmi Hannan, H. Ifan Fahmi Hannan.

Tepat hari Jum’at tanggal 7 September 2001 dan bertepatan dengan 19 JumadilAkhir 1422H Allah SWT telah memanggil Beliau.

KH. A. Rifa'i Romly

KH. A. Rifa’i Romly adalah putra pertama dari KH. Romly Tamim dari Ibu Ny. Chodijah, putri Kyai Lukman dari Suwaru Mojoagung. Beliau mulai ikut berkiparah dalam kepemimpinan di Darul ‘Ulum mulai tahun 1972 sebagai Kepala Sekolah SMP Darul ‘Ulum 1. Kemudian secara berturut – turut menjadi Ketua Umum Ikatan Pondok Pesantren Darul ‘Ulum (IKAPPDAR) pada tahun 1976, Ketua JATMI (Jam’iyah Ahli Thoriqot Indonesia) menggantikan kedudukan almarhum DR. KH. Musta’in Romly, juga menjadi Thoreqot Qodiriyah Wan Naqsabandiyah. Sementara diluar Darul ‘Ulum beliau juga anggota DPRD Tingkat II Jombang mulai tahun 1972 sampai tahun 1992 dan menjadi anggota DPRD Tingkat I mulai tahun 1992 sampai wafatnya.

KH. A. Rifa’i Romly lahir di Rejoso pada tanggal 22 April 1942. Pada masa kecilnya di didik dan diasuh langsung oleh KH. Romly Tamim, baru setelah usia akil baligh melanjutkan pendidikannya di Madrasah Ibtidaiyah, Muallimin (setingkat SLTP) di Darul ‘Ulum, kemudian mondok di Pondok Pesantren termasuk Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Setelah cukup menempa diri di pendidikan tradisional pondok pesantren, pendidikan formalnya dilanjutkan ke Fakultas Ushuluddin di UNDAR dan IAIN Sunan Ampel Kediri. Beliau juga pernah di Fakultas Hukum UNDAR Jombang pada saat perjalanan hidupnya sudah mengabdi di Pondok Pesantren Darul ‘Ulum. KH. A. Rifa’i Romly adalah sosok yang sangat bersahaja, memandang hidup apa adanya sehingga terkesan tanpa beban. Kalau berceramah kerap kali menggunakan bahasa yang elementer dan akrab dengan bahasa harian orang – orang Jawa Timur, karena mudah dipahami mulai dari kalangan masyarakat tua dikeluarga besar Thoreqot Qodiriyah Wan Naqsabandiyah maupun dikalangan anak – anak santri. Dalam memompa semangat para mustami’nya di medan perjuangan Beliau selalu berujar “ DUK TALI LAYANGAN AWAK SITUK ILANG – ILANGAN “ (Duk tali untuk layang – layang, badan satu perlu dikorbankan sampai darah penghabisan dalam perjuangan).

KH. A. Rifa’i Romly wafat pada 12 Desember 1995 dengan meninggalkan satu – satunya istri yaitu Ny.H. Ummu Aiman, dan juga meninggalkan delapan putra yaitu : Nawang Wulan Jannatul Firdaus, Cholilatussaidah, Syarif Hidayatulloh, Rokhmatul Akbar, Kenedy Muammar Kadafi, Nurlaili Kamali, Yulinah Kasinah dan Indira Zulikha.

Semoga Allah SWT memberi pengampunan dan imbalan atas segala pengabdiannya. Amin.

Drs. KH. Shonhaji Romly

Drs. KH. A. Shonhadji Romly lahir di Rejoso, putra keempat dari KH. Romly Tamim, pada tanggal 2 Pebruari 1943, sebagaimana umumnya pemangku Pondok Pesantren, sejak dini putra – putrinya di didik secara islami dalam lingkungan keluarga, baru setelah akil baligh putra – putrid tersebut dikirim keberbagai lembaga pendidikan. Demikian pula halnya Drs. KH. A. Shonhadji Romly, Beliau di didik langsung oleh ayahnya, sampai usia akil baligh Pendidikan ini di teruskan sampai tamat dari Tsanawiyah lalu mondok di Pondok Pesantren Bacem Madiun tahun 1961 – 1964 dan Lirboyo Kediri antara tahun 1964 – 1967. Pada tahun 1977 meneruskan pendidikan formal di Madrasah Aliyah Agama Islam Negeri Rejoso (sekarang MAN), dan sarjana Fisipol dan FKIP diperolehnya di Universitas Darul ‘Ulum pada tahun 1986. Adapun dalam kegiatan kemasyarakatan, KH. A. Shonhadji Romly mempunyai banyak pengalaman dan menjadi Pengurus Cabang Khusus di Organisasi Nahdlotul Ulama. Pengalaman tersebut antara lain :

  1. Menjadi Kepala SMA Darul ‘Ulum.
  2. Menjadi Bendahara Robithoh Alma’ana Cabang Jombang.
  3. Menjadi Ketua Tanfidziyah NU Cab. Jombang.
  4. Menjadi Pengurus DEWAN Pimpinan Pusat Jam’iyah Ahli Thoriqot Qodiriyah Indonesia.
  5. Menjadi Ketua Bid. Keamanan dan Ketertiban Majelis Pimpinan Pondok Pesantren Darul ‘Ulum.


Sampai wafatnya 15 Syawal 1412 H, atau bertepatan dengan tanggal 18 April 1992 M, Drs. KH. A. Shonhadji Romly meninggalkan seorang istri yaitu Ny. Hj. Amiroh Zaini, dan empat putra antara lain : Moh. Zaini Taufan, Acub Zainal Fajri, Wahab Abdi dan Rahmawati.

KH. Hasyim Umar

Semasa hidupnya KH. Hasyim Umar lebih dikenal dengan sebuutan Kyai Haum, singkatan dari nama Beliau Hasyim Umar. Beliau lahir di Rejoso pada tahun 1934. Dibesarkan dan di didik di Pondok Pesantren Darul ‘Ulum oleh ayahnya sendiri yaitu Kyai Umar Tamim, adik KH. Romly Tamim. Di Lembaga Pendidikan Formal, Kyai Hasyim Umar tercatat menamatkan SMP Islam Darul ‘Ulum pada tahun 1955 dan dilanjutkan ke Muslimin Atas (Setingkat SMA) tamat tahun 1958. Setamat dari Lembaga Pendidikan Formal Darul ‘Ulum Beliau melanjutkan keberbagai Pondok Pesantren sebagaimana kelaziman anak dan Calon Pimpinan Pondok Pesantren pada umumnya. Pondok Pesantren yang pernah di gali ilmunya antara lain di Demak dan Poncol Solotigo.

Sepulang dari dua Pondok Pesantren diatas, mulailah Haum berkiprah di kegiatan social Keagamaan, misalnya saat tinggal di Yogyakarta pernah mengikuti Kursus Kader Gerakan Pemuda Anshor. Apalagi sejak tahun 1963 saat harus ikut mengabdi di Pondok Pesantren Darul ‘Ulum, aktif pula jadi pengurus NU Ranting Peterongan pada tahun 1963 – 1965, pada tahun 1965 – 1971 menjadi ketua pengurus Koperasi Pusaka Jombang, 1970 – 1971 menjadi anggota DPR Tingkat II Jombang dari Fraksi FPP.

Akhirnya, setelah menjadi anggota Majelis Pimpinan Pondok Pesantren Darul 'Ulum mulai tahun 1978 Beliau wafat pada tanggal 26 Syawal 1407 atau 22 Juni 1987, dengan meninggalkan seorang istri Ny. Hj. alfiah dan putranya yaitu : Moh. Iqbal, Ach. Fauzi, Ach. Mufti Jamal dan Ach. Achsin.

DR. KH. Musta'in Romly

DR. KH. Musta'in Romly

KH. Musta’in Romly lahir di Rejoso pada tanggal 31 Agustus 1931 sejak kecil Beliau mendapat didikan langsung dari kedua orang tuanya. Dan baru tahun 1949 M, melanjutkan studi di Semarang dan Solo di Akademi Dakwah Al Mubalighin, di perguruan ini bakat kepemimpinannya amat menonjol sehingga pada waktu relatif singkat mengajak sahabat – sahabatnya yang berasal dari daerah Jombang, mendirikan Persatuan Mahasiswa Jombang. Studi di Lembaga ini diakhiri pada tahun 1954 M.

Pada tahun 1954 M Beliau aktif di Nahdlotul Ulama Jombang tempat asalnya dan kemudian menjadi pengurus IPNU Pusat tahun 1954 s/d 1956. Upaya menerpa diri untuk lebih matang sebagai Pimpinan Pondok Pesantren, KH. Musta’in banyak beranjang sana keberbagai Pondok Pesantren dan Lembaga Pendidikan pada umumnya. Mulai tingkat Nasional sampai ke tingkat Internasional. Dalam kaitan inilah oada tahun 1963 M Beliau Studi Muhibah ke Negara – Negara Eropa dan Timur Tengah, yang juga berziarah ke makam Syeh Abdul Qodir Al Jailani tokoh pemrakarsa Thariqoh Qodiriyah, di Irak. Hal ini penting mengingat pendidikan Beliau di Indonesia sebagai Al Mursyid Thariqot Qodiriyah Wan Naqsabandiyah mewarisi keguruan KH. Romly Tamim dan KH. Cholil Rejoso. Oleh – oleh dari kunjungan Muhibbah ini antara lain yang mendorong berdirinya Universitas Darul ‘Ulum pada 18 September 1965. Universitas Darul ‘Ulum sendiri diprakarsai oleh DR. KH. Musta’in Romly, KH. Bishri Cholil, KH. Akhmad Badawi Cholil, Mohammad Wiyono (Mantan Gubernur Jatim), KH. Muh. As’ad Umar dan Muhammad Syahrul, SH. Untuk melengkapi keabsahan KH. Musta’in sebagai Rektor, pada tahun 1977 Beliau mendapat gelar Doktor Honoris Causa dari Macau University. Pada tahun 1981, lawatan ke Timur Tengah dilakukan kembali dengan hasil kerjasama antara Universitas Darul ‘Ulum dengan Irak University dalam bentuk tukar menukar tenaga Edukatif, dan dengan Kuwait University dalam bentuk Bea Siswa studi Kuwait. Pada tahun 1984 KH. Musta’in ke Casablanca Maroko tepatnya pada bulan Januari 1984, yaitu mengikuti Kunjungan Kenegaraan bersama Wakil Presiden RI Bpk. Umar Wirahadi kusuma dan Menteri Luar Negeri RI Bpk. Prof. DR. Muchtar Kusuma Atmadja dalam acara Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Konferensi Islam (OKI). Kunjungan ini dilanjutkan ke Prancis dan Jerman Barat. Selanjutnya pada bulan Juli dengan tahun yang sama, KH. Musta’in Romly mengikuti Konferensi Antar Rektor Se Dunia di Bangkok.

Semua kunjungan dijalani KH. Musta’in dengan tekun demi Kelembagaan Pendidikan yang diamanatkan kepada Beliau, yaitu Lembaga Pondok Pesantren Darul ‘Ulum, Lembaga Thariqot Qodiriyah Wan Naqsabandiyah, dan Universitas Darul ‘Ulum. Sampai wafat tanggal 21 Januari 1985, DR. Musta’in meninggalkan putra – putrid : M. Rochmad (Alm), H. Luqmanul Hakim dari Ibu Chafsoh MA’some, Hj. Choirun Nisa’ dari Ibu Dzurriyatul lum’ah, H. Abdul Mujib, H. Ahmada Faidah dan Chalimatussa’diyah dari Ibu Ny. Hj. Latifah. Adapun jabatan yang pernah diamanatkan kepada DR. KH. Musta’in Romly adalah :

  1. Anggota MPR-DPR RI Th. 1983 sampai wafat.
  2. Wakil Ketua DPP MDI Th. 1984 sampai wafat.
  3. Rektor Universitas Darul ‘Ulum Th. 1965 sampai wafat.
  4. Al Mursyid Thariqot Qodiriyah Wan Naqsabandiyah Th. 1958.
  5. Ketua Umum Majelis Pimpinan Pondok Pesantren darul ‘Ulum Th. 1958 sampai wafat.
  6. Anggota BKS Perguruan Tinggi Swasta Th. 1983 sampai wafat.
  7. Anggota IAUP (International Assosiation Of University President 1981 di Castarica).
  8. Ketua Umum Jam'iyah Thoriqot Mu'tabaroh Indonesia Th. 1975 sampai wafat.

KH. Sufyan Cholil

Kyai Sufyan sebelum terjun di kalangan ketokohan Pondok Pesantren Darul ‘Ulum adalah Aktifis Gerakan Nahdlatul Ulama Wilayah Yogyakarta dan sekaligus sebagai wakil satu – satunya NU di DPRD RI Pusat Jakarta dari wilayah Yogyakarta. Beliau lahir di Rejoso pada 29 Oktober 1929. Setelah dapat menyelesaikan studi di Rejoso sebatas tingkat Sekolah Menengah Pertama, Beliau melanjutkan studi kelananya di Semarang, lalu berpindah ke Yogyakarta. Di Yogya Beliau bertemu bertemu dengan Putri Magelang yang bernama Noer Chalimah, yang kemudian dikawininya tahun 1960 dan perkawinan ini diketahui membuahkan Farida Roichany, Faiqoh Rahmiati, Muhammad Farikhin, Muhammad Faisol, Muhammad Fanani dan Farra Adibah.

Karir organisasinya adalah tahun 1954 ikut aktif sebagai pelopor berdirinya Ikatan Pelajar Nahdlotul Ulama IPNU, tahun 1954 sebagai pengajar dan administrative Madrasah Mualimat Yogyakarta, tahun 1959 sebagai Gerakan Pemuda Anshor Bantul Yogya, tahun 1972 sebagai anggota DPR-GR daerah Yogyakarta, tahun 1973 hari terakhir Beliau di Yogya karena tahun itulah Beliau harus pulang kampung, terpanggil kepemimpinan Darul ‘Ulum yang lenggang ditinggal KH. Bishri Cholil sebagai partner KH. Musta’in Romly menjalankan amanat.

Menurut rencana memang bagus katanya , tapi rupanya Tuhan berbuat lain dan manusia harus tunduk menerimanya. Itulah, rencana Kyai bertahan lama, tapi nyatanya Beliau tidak lama kemudian tepatnya tahun 1978 memenuhi pula panggilan Allah SWT untuk melibatkan diri di alam kekal. Kita yang ditinggal akhirnya hanya berbisik Innalillahi Wainnailaihi Roji’un.

KH. Umar Tamim

Diantara sekian tokoh Darul ‘Ulum yang lugu, Kyai inilah nomor satunya. Beliau lahir beberapa tahun setelah kelahiran KH. Romly Tamim, dengan kata lain Beliau adalah putra Kyai Tamim yang paling ragil. Semasa kecil di didik ayahnya Ilmu Pengetahuan Syariat pada umumnya seperti halnya kakak Beliau kemudian dilanjutkan menguji diri di Tebuireng. Sesuai ibadah Haji tahun 1930-an Beliau memulai Studi Ilmu Tasawuf kepada kakak iparnya, yang kemudian pada waktu Kyai Romly Tamim memegang sebagai leader Thariqot Qodiriyah Wan Naqsabandiyah. Kyai Umar adalah Pembantu Utama dalam bidang Khususiyah, yaitu acara khusus pengamalan Ilmu Thariqot (Tasawuf).

Beliau wafat pada tahun 1971 dengan meninggalkan seorang istri yang dikawininya, putrid dari Perak Jombang bernama Hj. Muzamzamah dan meninggalkan enam putra yaitu : Alfiyah, Azzah, Muhammad As’ad, Muhammad Hasyim, Shofiyah dan Muhasonah.

KH. Bisry Cholil

Di lahirkan di Rejoso 1922 M. Sebagaimna kakak – kakaknya Beliau ketika masih kecil yaitu tahun 1927 diajak ayah ketanah suci Makkah untuk menambah wawasan daya cintanya terhadap agama. Dan ini jelas nantinya sangat dibutukan sebagai penerus kontinuitas pendidikan di Pondok Pesantren Darul ‘Ulum.

Karir pendidikannya ditempuh pertama di Lasem Jawa Tengah dibawah asuhan Kyai Haji Ma’soem dan Mbah Baidlowi. Disinilah lembaga pendidikan ini Beliau mendapat teman akrab yang nantinya sangat menentukan arah perjuangan dimasa yang akan datang. Teman itu adalah Achmad Syaichu, sekarang menjadi dedengkot Ittihadul Mubalighin satu organisasi sosial yang berkilah di medan dakwah islam. Setelah undur dari pendidikan Lasem, dilanjutkan lagi menimba Ilmu Pengetahuan Bidang Studi Umum di Surabaya, yang selanjutnya mengantarkan Beliau ke Medan laga Revolusi fisik menjadi anggota tentara HISBULLAH. Posisi Hisbullah memungkinkan Beliau menggerakkan santri dan simpatisan Darul ‘Ulum, menjadi bagian tak terpisahkan dengan perjuangan senjata melawan Belanda. Beliau baru istirahat dari ketentaraan ini setelah kedaulatan telah kembali ke Bangsa Indonesia 1945 M.

Pada tahun 1949 Kyai Bishri kawin dengan putri Kyai Haji Dimyathi Trowulan Mojokerto yang bernama Nyi Choiriyah kemudian dari perkawinan ini berhasil menambahkan jumlah keluarga besar Darul ‘Ulum dengan lahirnya Muyassaroh, Fatimah Ahmad Dimyathi, Muhammad Dahlan, Mahmudah,Muhammad Hamid, Muhammad Idham Gozali dan Qurrotul Ainiyah yang lahir tanpa sempat mengenal rupa sang ayah.

Setelah beberapa lama terlibat langsung pada totalitas silih berkembangnya pendidikan Darul ‘Ulum, maka Beliau tahun 1959 mempelopori berdirinya Mualimat Atas, Sekolah Tingkat Atas bagi siswi Darul ‘Ulum dan dipimpinnya langsung sampai tahun 1963. Sementara itu dalam kancah Sosial Poitik Beliau aktif sebagai anggota DPR-GR sampai menjelang tahun 1960 di Jombang, Beliau pula sebagai top leader bersama Kyai Musta’in Romly yang berusaha dengan gigih menyelaraskan langkah Darul ‘Ulum bersama Pemerintah Indonesia meningkatkan kecerdasan bangsa melalui penyediaan sarana pendidikan yang berkualitas dan kosmopolitan. Ditengah – tengah laju gemintang semangat juang Pondok Pesantren Darul ‘Ulum menembus kabut – kabut kehidupan. Ternyata simpatisannya terpana sejenak atas kematian Beliau yang tiada di duga. Begitulah suratan takdir, tiada pernah manusia tepat menerkanya, waktu kemarin masih segar kini tepatnya 8 Syawal 1387 atau 8 Januari 1968 Kyai Bishri langgeng menempati alamnya disisi Allah SWT.

KH. Ma'sum Cholil

Putra ketiga dilahirkan di Rejoso pada 21 Pebruari 1911 diselamatkan dengan nama Syauki, waktu besar disebut Ma’soem. Seperti halnya kakaknya masa kecilnya diasuh oleh ayahnya sendiri. Pada tahun 1920 Beliau diikutkan dalam rombongan Haji keluarga untuk beranjak kesana ketempat suci.

Setelah itu baru ditempatkan pada Pondok Pesantren Tebuireng asuhan Kyai Hasyim sampai tahun 1926. Tahun 1926 sampai 1928 belajar lagi ke ayahnya serta pamannya Kyai Tamim dan pada 1928 melanjutkan studi bersama kakaknya di Saudi Arabia pada Madrasah Al Sutaiyah Al Hindiyah di bawah asuhan Syeh Salim Al Hindi. Di tahun 1935 Syauki mempunyai karir baru yaitu sebagai tenaga pengajar di Madrasah Darul ‘Ulum Makkah dan baru pulang kembali ke tanah air tahun 1937. Sampai disini pendidikannya dilanjutkan lagi dalam bidang studi Qiraat atau baca ayat suci di Pondok Pesantren Sedayu Gresik. Baru kemudian pada tahun 1938 Beliau dikawinkan dengan putri Haji Hasyim Jagalan Jombang mempunyai nama Nyi Chasanah dengan perkawinan ini lahirlah Chafsoh, Abdul Channan, Abdul Hakam, Siti Aisyah, Abdul Hafidz, Abdul Hakim dan Abdul Halim.

Pada masa hidupnya maupun pendidikan. Tahun 1940 sebagai wakil Suriah NU Jombang, tahun antara 1946 – 1948 sebagai PBRI Jombang, tahun 1947 Beliau mendirikan DARUL AITAM satu yayasan sosial yang memberikan santunan kepada anak yatim piatu. Yayasan ini sekarang masih ada dan terawat yang dikelola oleh Drs. Abdul Hafidz putra Beliau. Tahun 1946 sebagai pelaksana Aministrasi Manajemen di Jamiyah Thariqot Qodiriyah Naqsabandiyah, tahun 1950 menjabat ketua Ma’arif NU Jombang dan kemudian menjadi anggota Konstituante Republik Indonesia.

Pengalaman demi pengalaman tersebut pada masa akhir pengabdian di Pondok Pesantren Darul ‘Ulum sangat berguna sekali terutama masalah manajemen pendidikan. Oleh karenanya ketika Kyai ini wafat 26 Rajab 1380 bertepatan Januari 1961 pondok ini merasa kehilangan lagi satu tokoh.

KH. Dahlan Cholil

Dahlan Cholil dilahirkan di Rejoso pada 12 Sya’ban 319 H atau tahun 1899 M. Dengan nama bayi Khusni, sebagai anak pertama Kyai Cholil nantinya Beliau dituntut menggantikan ayahnya, untuk itulah didikan masa kanak – kanaknya ditangani langsung oleh ayahnya. Pada usia yang ke XII Beliau di bawa ke Makkah untuk mengikuti upacara Haji sebagai bekal masa depannya yang telah dipersiapkan harus studi di Makkah Mukarramah. Sebelum diberangkatkan kembali, Beliau sempat belajar pada Kyai Hasyim Asy’ari di Tebuireng tentang seluk beluk per Haditsan.

Menurut catatan harian Beliau, pada tahun 1343 H – 1923 M. Dahlan memulai karir studinya di Makkah, Saudi Arabia. Yang waktu itu disana tepat bersamaan dengan pergolakan Kaum Wahabi, suatu pergerakan yang dipimpin oleh Raja Saud pendiri kerajaan Saudi Arabia, yang gerakan ini kemudian digunakan oleh orang – orang yang takbertanggung jawab ingin menghancurkan benda kepurbakalaan Islam. Selama tinggal di Makkah, karir pendidikannya berjalan dengan cepat, sehingga beberapa waktu kemudian Beliau sudah duduk sebagai Guru Besar pada Majelis Syafi’iyah dan Tilawatil Qur’an di Masjid Al Haram. Tentunya hal itu diperolehnya setelah Beliau hafal Al Qur’an. Demikian pula di Lembaga Madrasah Darul ‘Ulum Makkah. Satu lembaga pendidikannya yang dikelola olehnya bersama masyarakat Indonesia dan Malaya Beliau telah di percaya sebagai Kepala Guru yang mengatur jalannya manajemen kulikulir.

Setelah berjalan tiga belas tahun, Kyai ini pada tahun 1938 pulang kembali ke tanah leluhur dan dikawinkan dengan putri Kyai Ahmad Carogo, Jombang yang kemudian melahirkan putra – putra Beliau yang bernama : Muhammad Dahlan, Siti Aisyah, Mahmud, Hafsah dan Abdul Hamid. Dua putra terakhir telah dipundut oleh Gusti Allah SWT kala merambat usia remaja. Istri pertama di beri nama Siti Fatimah untuk yang terakhir kali menikmati Dunia adalah pada tahun 1950 setelah tahun itu wafat. Pada tahun 1951 Beliau kawin lagi dengan cucu Kyai Haji Hasyim Asy’ari Tebuireng bernama Nyi Zubaidah (Sholihah). Perkawinan ini menciptakan putra Cholil Dahlan, Chozin Dahlan, dan Cholisoh Dahlan.

Masa – masa di Pondok Pesantren Darul ‘Ulum digunakan Kyai Haji Dahlan sebagai waktu – waktu pengabdian. Utamanya membina madrasah Tahassus Al Qur’an plus Ilmu Tafsirnya disamping Ilmu Al Haditsnya. Yaitu dua bidang studi yang selalu ditekuninya dimanapun Beliau berada di ayahnya Kyai Hasyim maupun waktu belajar di Makkah. Spesialisasi di bidang tersebutlah yang menyebabkan Beliau harus selalu disegani di Lajnah Tashihul Mushaf Qur’an Indonesia. Beliau harus tunduk ke Takdir Tuhan tentang kematian pada 25 Sya’ban 1377 bertepatan dengan 16 Maret 1958. Innalillahi Wainnailaihi Roji’un.

KH. Romly Tamim

KH. Romly Tamim

Tokoh Romly Tamim kelahiran Rejoso tahun 1888 M Beliau adalah putra KH. Tamim yang ketiga. Pengalaman pendidikan diperoleh dari ayah dan kakak iparnya dalam usia muda, sedang masa menjelang dewasanya dididik di Pondok Pesantren Bangkalan Madura seperti ayah dan kakak, yaitu dibawah asuhan Kyai Cholil. Dari pendidikan ini kemudian diteruskan ke pendidikan Tebuireng yang sudah diasuh oleh KH. Hasyim Asy'ari. Waktu Kyai Romly Tamim sudah ikut membantu sebagai tenaga pengajar, Kyai Hasyim mulai menaruh simpati dan sayangnya kepada tenaga baru tersebut. Dari sinilah simpati ini berkelanjutan sehingga pada tahun 1923 M Kyai Romli Tamim di ambil menantu oleh Kyai Hasyim mendapatkan Nyi Azzah Binti Hasyim Asy'ari. Dalam perkawinan ini tidak membuahkan satu anakpun.

Sesuai pengabdiannya di Tebuireng, dan setelah merasa gagal pada perkawinan pertama ia kawin lagi dengan putri desa Besuk Jombang yang bernama Nyi Maisaroh, Perkawinan ini menghasilkan putra Ishomudin yang telah kembali ke Rahmatullah dan Musta'in Romly. sepeninggalan Nyi Maisaroh Beliau kawin dengan Nyi Khodijah hingga berputra : A. Rifa'i, Shonaji, A. Dimyathi, Moh. Damam Huri dan Tamim.

Di akhir hayatnya Beliau sebagai Al Mursyid Thariqot Qodiriyah Wanaqsyabandiyah menggantikan KH. Cholil selama perjalanan hidup Beliau sempat menulis dan menyusun buku - buku pegangan Thoriqot antara lain Risalah Waqiah, Risalah Sholawat Nariyah dan Tsamratul Fikriyah, Allah SWT memanggilnya kembali ke alam sana pada 16 Ramadhan 1377 H atau 16 April 1958 M.

KH. Cholil Aljuraimy

KH. Cholil dilahirkan di Demak Jawa Tengah dengan nama kecil : Muhammad Juraemi. Mereka adalah manusia gemar langlang buana, karena sebagian besar keluarga berada hidup merantau. Kyai Cholil dan Kyai Syafawi di Rejoso Jombang, KH. Hanafi di Jamsari Jember dan Nyi Marsina di Pare Kediri.

Pendidikan KH. Cholil semasa kecil dibina langsung oleh ayahnya sendiri sampai tiba saatnya menjelang dewasa harus menempuh pendidikannya pada tingkat ilmu yang lebih tinggi, yaitu di Pondok Pesantren KH. Asy'ri ayah KH. Hasyim Asy'ari Tebuireng Jombang. Setelah merasa cukup meninggalkan Keras, Tebuireng, berpindah berguru di Pondok Pesantren Bangkalan Madura di bawah asuhan KH. Cholil Bangkalan. Di Pondok inilah karakter Beliau dibidang studi amalan tasawuf Islam mulai menampakkan diri dalam kesederhanaan sikap hidup sehari - hari.

Dengan tekun Beliau memulai babakan baru menurut panggilan nuraninya. KH. Cholil tahu akan gejala demikian menyebabkan Beliau sering mengadakan uji coba terhadap murid yang satu ini. Sekali waktu kala KH. Cholil ini sedang melicinkan baju putih satu - satunya miliknya, di panggil oleh kyai Cholil sang guru, lalu serta merta Beliau disuruh menggali tanah dengan baju putih itu, uh.....! tentu saja baju putih itu kontnag berlepotan tanah hujan pagi. sementara KH. Cholil Demak dengan tabah diturutinya perintah itu. Barang kali nanti ada imbalan manfaatnya di kemudian hari. Hati kecilnya berkata.

Setelah cukup lagi di Bangkalan, Beliau balik lagi di Pondok Pesantren KH Asy'ari untuk mengabdikan diri yang kedua kalinya. Sebatas usia 34 tahun karena simpati terhadap niat luhur KH. Tamim Irsyad di Desa Rejoso (+/- 11 km dari Tebuireng). Dibantunya Kyai Tamim dalam membabat Desa Rejoso. Lalu simpati ini tidak disia - siakan oleh Kyai Tamim, karena KH. Cholil diambil menantu oleh Kyai Tamim Irsyad mendapat putri beliau yang bernama Siti Fatimah. Perkawinan ini menghasilkan enam orang putra, yaitu : Dahlan Bin Cholil, Maimunah Binti Cholil, Sauky yang populer dangan nama Ma'soem, Bishry dan Rahmah Binti Cholil.

Sesal kemudian takkan ada gunanya tanpa ada kerja keras selanjutnya, itulah semboyan KH. Cholil, yang pada waktu bersama istri tercinta Siti Fatimah pergi haji, sepulangnya ia harus rela menerima kersa Allah SWT, harus pulang sendiri karena partnernya wafat, dan pada gilirannya Beliau dipanggil Yang Maha Kuasa di tanggal 14 Juli 1937 sehabis Jamaah subuh. Ia masih sempat berkerunan lewat istri kedua, yang dinikahi setelah Nyai Fatimah wafat, sebanyak tiga putra yaitu : Moh. Fofyan, Achmad Badawi dan Chamidah.